BRIGADENEWS.CO.ID – Manusia makhluq yang memilki akal & rasa, karena itu secara alamiah manusia pasti akan selalu mencari dan terus mencari sampai menemukan cara/ sistem yang sejatinya selalu dicari manusia. Yaitu suatu sistem yang dapat menciptakan kehidupan aman, nyaman, sejahtera dan sentosa.
Hal di atas sekaligus menandakan, secara fitrah atau hakikatnya manusia bukanlah makhluk “Jahat Perusak” tapi sebaliknya sebagai makhluk “Pemakmur Pelestari Bumi” (Pembangun).
Sekalipun kini masyarakat dunia tidak mendeklarasikan diri secara “De jure” terbuka menganut materialisme, tetapi secara “De facto” semua Negara telah menjadikan Materialisme sebagai alat dan dasar dalam mengatur kehidupannya. Hal tersebut adalah fakta dari batas maksimalnya kemampuan pencarian akal manusia saat ini dalam “Menemukan” sistem untuk mengantur kehidupannya.
Pertanyannya, “Benarkah saat ini masyarakat dunia sudah cukup puas hidup diatur oleh sistem materialisme..?
Umumnya orang pasti akan mengatakan bahwa; “Tidak ada manusia yang sempurna”! pahamkah kita apakah maksudnya..? artinya, manakala manusia nyata telah merasakan bahwa apa yang telah diupayakannya itu ternyata hasilnya kurang maksimal atau tidak sesuai harapan, maka umumnya orang-orang malah gemar “menjudge” dirinya sendiri seolah-olah memang bukanlah makhluk sempurna.
Penilaian semacam itu seakan-akan manusia sedang berdalih bahwa semua “Kebodohan Kesalahan” yang berbuah kerusakan yang sangat fatal sebagai buah dari prilakunya itu harus dipandang “Wajar atau Dimaklumi” dengan alasan, karena konon menurutnya tidak “ada manusia yang sempurna”.
Dan jika kita kaji lebih dalam lagi, maka ujung dari justifikasi semacam itu akan menyandarkan bahwa ketidak sempurnaan itu dianggap bersifat “Azali” hingga akhirnya secara tidak langsung mereka menjadi menyalahkan Tuhan, dalam arti lain ketidak sempurnaan itu mereka persangkakan merupakan “Kodrat Tuhan” atau kehendak Allah.
Sungguh Prasangka seperti itu terucap dari bibir orang-orang yang tingkat kebodohannya benar-benar kelewatan…
Penting dipahami; Semesta dan Seisinya ini tercipta dengan penuh kesempurnaan sekaligus manifestasi dari “Ilmu dan Hukum” yang kekuatannya Maha Dahsyat juga Maha Sempurna. Sehingga semua yang turun dari langit dan apa pun yang naik kepadanya seluruhnya bergerak dengan penuh kesempurnaan. Begitupun yang keluar dari bumi dan apa pun yang masuk kedalamnya.
Kenapa demikian..? karena langit telah sempurna tercipta menjadi langit, begitupun bumi, keduanya berfungsi sebagaimana mestinya sesuai apa yang telah ditetapkan sunnahnya Sang Pencipta hidup.
Begitu pun benda-benda semesta lainnya Matahari, Bulan, Bintang, Tumbuhan dan hewan- hewan semuanya tercipta dengan sempurna tentu tidak terkecuali manusia.
Allah mencipta manusia berbagai Ras, Etnis dan atau suku seluruhnya mutlak telah dalam kondisi sempurna menjadi manusia. Bahkan kesempurnaan manusia melebihi semua makhluk lain dengan alasan karena dianugerahinya “Akal Pikiran”.
“Sesungguhnya hewan (makhluk) yang paling buruk menurut pandangan Allah, ialah orang-orang yang pekak dan bisu yang tidak mengerti apa-apa atau yang tidak mempergunakan akalnya. ”
Qur’an surat An-Anfaal ayat 22.
“Allah pasti menghukum atau mengazab siapa saja orang yang tidak menggunakan akalnya.
Qur’an suarat Yunus ayat 100.
kesimpulannya, bahwa manusia yang tidak sempurna itu tiada lain adalah orang-orang yang tidak mampu memfungsikan akalnya dengan baik dan benar sesuai fitrahnya.
Dan satu hal lagi penting untuk dipahami, bahwa kepastian jatuhnya hukuman Allah itu akan menimpa kepada siapa saja yang melanggar aturannya dengan tanpa mengenal kompromi. Dengan kata lain, siksa Allah akan menimpa dan berproses secara sitematis otomatis persis seperti halnya barangsiapa yang menyantap empedu maka cepat atau lambat pasti akan merasakan pahitnya.
Semisal tragedi bencana alam yang selalu mengancam kehidupan manusia yang tidak sedikit memakan korban jiwa dan harta benda.
Bukankah hal tersebut merupakan azab Tuhan yang tentu diakibatkan oleh kejahatan ekologi yang sudah sangat berlebihan, dasarnya kerakusan para kapitalis yang dibackup dan difasilitasi para penguasa Negara dengan berbagai dalih dan kepentingannya.
intinya, masalah bencana alam apapun bentuknya merupakan buah dari perbuatan tangan-tangan para penguasa Negara yang tidak mampu mempergunakan akalnya dengan baik dan benar sesuai fitrahnya. Dan fakta kerakusan para penguasa Negara itu merupakan watak dari sistem materialisme yang dijadikan sebagai alat atau dasar pengatur hidup umat manusia diseluruh penjuru bumi saat ini.
Terakhir, penting dipahami, bahwa Surga dan Neraka itu dua alam yang sangat berbeda. Surga adalah alam kehidupan yang sarat kebahagiaan. Neraka alam kehidupan yang sangat mengerikan, memilukan & mengenaskan. Surga dan Neraka merupakan buah dari apa yang kita perbuat. Dan dalam hal ini Allah swt sangat tidak mengenal kompromi. Artinya, barangsiapa yang menginjakan kakinya pada jalan menuju surga, maka pasti akhirnya akan sampai pada alam kehidupan yang sarat kebahagiaan. Sebaliknya, barangsiapa yang telah melangkahkan kakinya pada jalur Neraka, maka akhirnya pasti akan sampai pada alam yang sangat mengerikan, memilukan & mengenaskan.
sungguh Allah mustahil akan mengingkari janji-Nya, mustahil Dia akan merubah ketetapan sunnahnya. Karena itu, jalur menuju surga pasti sampai di di surganya, dan jalur menuju neraka maka pasti akan berakhir dalam neraka. Semua terjadi atas hukumnya yang berjalan secara ilmiah alamiah dan atau sistematis otomatis.
Surga jalan khusus bagi yang beriman, yaitu orang-orang yang mampu mempergunakan akal pikirannya dengan baik dan benar sesuai fitrahnya. Dan adapun neraka merupakan jalan buntu bagi orang-orang yang tidak mampu memfungsikan akal pikirannya dengan baik dan benar sesuai fitrahnya, yaitu, orang-orang yang mengingkari dan menentang “Hukum-hukum Hidup” yang telah kokoh sempirna dan kuat tertanam fakta (Sunnatullah).
Catatan asep lukman